‘Dunia Menggunjing Kelor’

aginamo
Dunia Tak selebar daun Kelor, peribahasa ini umumnya digunakan sebagai nasehat terhadap seseorang, bahwa dunia ini luas, sehingga semangat harus selalu dijaga untuk menghadapi segala sesuatunya. Meski tidak ada kesepakatan tentang luas dan lebar daun Kelor itu sendiri. Bagi orang Kaili, tumbuhan Kelor adalah hal biasa, tetapi sekaligus juga hal luar biasa.

Biasa, karena memang Kelor merupakan bahan baku sayur kesukaan sehari-hari. Luar biasa; jika tumbuhan bernama latin Moringa Oleifera ini telah merambah dunia medis, dan mensolusi alternatif untuk penyembuhan berbagai penyakit.

Salah satu media di Kupang - Nusa Tenggara Timur, Koran Harian VictoryNews, edisi 15 Juli 2015 menulis editorial khusus tentang manfaat dan menganjurkan agar masyarakat daerah itu untuk membudidayakan Kelor, kemudian jadi konsumsi sehari-hari.

Situs berita nasional, merdeka.com, edisi Kamis 26 Juli 2014, menyuguhkan tulisan berjudul “Fakta dan mitos mistis soal daun kelor yang melegenda”.

Dalam pembahasannya, situs ini menyebutkan bahwa Tumbuhan Kelor bermanfaat untuk menyembuhan 300 jenis penyakit. Bahkan, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menganjurkan kepada para orang tua untuk memberikan kepada bayi dan balitanya, guna mendukung pertumbuhan buah hatinya. WHO juga menetapkan Kelor sebagai salah satu tumbuhan ajaib di dunia.

Sementara itu,pada 21 Maret 2008, National Institute of Health (NIH) mengatakan bahwa kelompok etnis Ayuverda India Kuno menjadikan tumbuhan Kelor untuk pengobatan 300 jenis penyakit. NIH juga menyebutkan bahwa kandungan Vitamin A dalam daun Kelor segar, sebanyak empat kali lipat kandungan Vitamin A dalam buah Wortel.

Dibeberapa daerah di Pulau Jawa, mengaitkan tumbuhan Kelor dengan hal berbau mistis, karena dianggap mampu melunturkan ilmu kedigdayaan seseorang. Sejumlah daerah di Nusantara, ada masyarakat yang mempercayai tumbuhan ini mampu menangkal gangguan roh jahat, sehingga ada yang meletakkan daun atau kayu kelor di pintu-pintu rumah mereka.

Dan di Kupang NTT juga, pada 26 Juni 2014, Komandan Korem 161/Wira Sakti, Brigjen Ackmad Yulianto, sebagaimana dilansir Antara dan dikutip Merdeka.com menyebutkan, bahwa ratusan warga Spanyol dan Tiongkok datang ke daerah tersebut untuk membeli kelor dan biji buah kelor dalam jumlah yang banyak.

Dan pada tahun itu, Kabupaten Timur Tengah Utara yang berbatasan langsung dengan Timor Leste telah membudidayakan tumbuhan Kelor diatas Lahan seluas 163 hektar.

Situs DISEHAT.COM, menyebutkan lima manfaat utama dari tumbuhan Kelor, yakni  Menyehatkan Kulit, Mengobati Diabetes, Menyehatkan Mata, mencegah Kanker dan mengobati Rematik. Situs ini juga menyebutkan, Kelor juga meningkatkan sistem impunitas tubuh.

Kalangan Praktisi Kesehatan Herbal tanah air, sejak beberapa tahun terakhir telah memproduksi pil dan kapsul berbahan baku daun Kelor. Selain itu, tumbuhan kelor juga telah banyak dimodifikasi penyajiannya menjadi ekstrak minuman. Tentu dengan harga yang tidak murah lagi.

Antara edisi 19 April 2010 memberitakan tentang Dwiki Rendra GS, (16), siswa Kelas XI SMA Theresiana 1 Semarang - Jawa Tengah, yang meneliti khasiat tanaman kelor (Moringa Oleifera) berhasil meraih medali emas pada International Conference of Young Scientis (ICYS) Tahun 2010 di Bali.
Hasil penelitian lainnya menyebutkan, bahwa daun Moringa Oleifera memiliki efek energi dingin, yang cocok digunakan sebagai penyembuhan penyakit yang disebabkan energi panas, seperti radang atau kanker.

tulisan ini juga diposting di metro sulawesi






Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "‘Dunia Menggunjing Kelor’"

Post a Comment